Friday, September 4, 2009

Obama Memuji Islam, Budaya Islam memperkaya AS

Presiden AS Barack Obama memuji Islam sebagai bagian integral dari Amerika. Obama juga menyebut budaya Islam telah memperkaya negara yang dipimpinnya itu.

Washington, Presiden AS Barack Obama Selasa [01/09] waktu setempat memuji Islam sebagai bagian integral dari Amerika, ketika ia menjamu orang-orang Islam penting AS pada buka puasa untuk menandai bulan puasa Ramadhan.

“Bagi lebih dari satu miliar lebih umat Islam, Ramadhan adalah waktu bagi peningkatan ketaatan dan perenungan,” kata Obama, dalam pidato menyambut para tamunya di Ruang Makan Kebesaran Gedung Putih. “Buka puasa malam ini adalah ritual yang dilakukan di bulan Ramadhan ini di meja dapur dan masjid di seluruh 50 negara bagian,” kata Obama.

“Islam seperti yang kita tahu adalah bagian dari Amerika. Seperti penduduk Amerika yang lebih luas, masyarakat Muslim Amerika adalah satu dari dinamisme dan keragaman yang luar biasa.

“Pada kesempatan ini, kita merayakan bulan suci Ramadhan dan kita juga merayakan bagaimana banyak orang Islam yang telah memperkaya Amerika dan kebudayaannya di jalan yang besar dan kecil,” ujar presiden.

Di antara para tamu yang Obama puji adalah Bilqis Abdul-Qaadir, seorang mahasiswi tahun pertama di University of Memphis yang mencatat lebih banyak nilai ketimbang anak perempuan dan anak laki-laki lainnya dalam sejarah bola basket sekolah menengah atas di negara bagian Massachusetts.

“Ia belum lama ini mengatakan pada seorang wartawan, ‘Saya ingin mengilhami banyak remaja putri Muslim jika mereka ingin bermain bola basket’. Apapun mungkin, mereka dapat melakukan itu juga,” kata Obama, yang dikenal mencintai olahraga itu. “Bilqis adalah inspirasi bukan hanya bagi anak-anak perempuan Muslim, ia adalah inspirasi bagi kita semua.”

Presiden juga mengakui dua anggota parlemen Muslim pertama di Kongres AS, Keith Ellison dan Andre Carson. Dalam satu pesan untuk menandai Ramadhan pekan lalu, Obama menjanjikan “tindakan konkrit” untuk memperbarui hubungan dengan negara-negara Islam, kurang dari tiga bulan setelah pidatonya yang bersejarah pada dunia Muslim di Kairo.

“Saya ingin menegaskan kembali komitmen saya pada awal baru antara Amerika dan Muslim di sekeliling dunia,” kata Obama dalam pidato video yang disiarkan ketika sekitar 1,5 umat Islam di seluruh dunia bersiap untuk melakukan satu bulan puasa dan perenungan.

Presiden itu, yang memiliki akar Muslim pada pihak keluarga ayahnya, juga menjanjikan dukungan “keras hati” pada penyelesaian dua-negara bagi konflik Palestina-Israel, serta untuk “akhir perang yang bertanggungjawab di Irak”.

Bulan puasa Ramadhan dimulai bulan lalu di sebagian besar dunia Arab dan Iran.

Umat Muslim Berkontribusi Banyak Di AS

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menegaskan kontribusi umat Islam pada AS sudah tak terhitung banyaknya dan mereka telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan negara.

Muslim Amerika meraih sukses dalam dunia usaha dan hiburan, dalam bidang kesenian dan olah raga, ilmu pengetahuan dan kedokteran, dan di atas itu semua, mereka merupakan orangtua yang sukses, tetangga yang baik, dan warga negara yang aktif, kata Obama saat melakukan jamuan buka puasa di Istana Kepresiden, Gedung Putih, Washington, Selasa (WIB).

“Oleh karena itu, pada kesempatan kita merayakan bulan Suci Ramadhan ini, kita juga merayakan kontribusi umat Islam dalam memperkaya Amerika dan kebudayaannya, baik sumbangan besar maupun kecil,” katanya seperti dikutip siaran pers Kedubes AS di Jakarta, Rabu.

Obama lalu bercerita tentang putra Elsheba Khan yang bernama Kareem yang melakukan pengorbanan besar bagi negaranya ketika ia gugur di Irak. Kareem menjadi tentara setelah ia menamatkan sekolah menengah. Dalam karirnya, ia dianugerahi tanda jasa ‘Purple Heart dan Bronze Star’. Ia pun dikagumi oleh rekan-rekannya sesama tentara.

Presiden Obama mengutip Elsheba mengenai putranya, dengan mengatakan, “Ia selalu ingin membantu dengan cara apapun yang ia bisa.” Malam ini, ia telah dikebumikan di tengah-tengah ribuan pahlawan lain di Pemakaman Nasional Arlington. Sebuah tanda berbentuk bulan sabit terukir di batu nisannya, sebagaimana tanda salib Kristen atau bintang Yahudi terukir pada batu-batu nisan lainnya, katanya.

Orang-orang Amerika yang gagah berani ini dipersatukan dalam kematian sebagaimana mereka dipersatukan ketika masih hidup — oleh sebuah komitmen pada negara dan nilai-nilai yang dianut warga AS.

“Salah satu dari nilai-nilai tersebut adalah kebebasan untuk menjalankan agama Anda – sebuah hak yang tercantum dalam Amandemen Pertama Konstitusi kita,” katanya.

Ia juga menceritakan, Nashala Hearn dari Muskogee, Oklahoma, yang bergabung mempertahankan hak tersebut di usianya yang belia. Ketika sekolah melarangnya mengenakan jilbab, ia memprotes dengan mengatakan bahwa jilbab adalah bagian dari agamanya. Departemen Kehakiman mendukungnya, dan ia memenangkan haknya untuk menjalankan keyakinannya.

Ia bahkan melawat ke Washington untuk memberikan kesaksian di hadapan Kongres. Kesaksiannya mengatakan bahwa toleransi jauh lebih mulia ketimbang ketidakpercayaan – dan ketika ia pertama kali mengenakan jilbab ke sekolah, ia bilang, “saya menerima pujian dari anak-anak lain”.

Wanita muda lain yang telah bekerja keras di sekolahnya adalah Bilqis Abdul-Qaadir. Bilqis telah memecahkan rekor Rebecca Lobo untuk nilai skor terbanyak yang dihasilkan oleh pemain bola basket Sekolah Menengah Atas dalam sejarah Massachusetts.

Baru-baru ini ia berkata kepada wartawan, “Saya benar-benar ingin menginspirasi banyak gadis muda muslim kalau mereka ingin bermain basket. Segala sesuatu itu mungkin. Mereka juga bisa melakukannya.”

Sebagai siswa kehormatan, dan seorang atlet yang menuju ke Memphis, Bilqis merupakan sebuah inspirasi bukan hanya bagi gadis-gadis muslim – tetapi ia adalah inspirasi bagi semua warga AS.

“Tentu saja kita semua tahu apabila kita bicara tentang atlet yang telah menginspirasi Amerika, maka semua daftar akan mencantumkan seorang atlet yang dikenal dengan sebutan Yang Terhebat (The Greatest). Sayangnya, Muhammad Ali tidak bisa bergabung dengan kita di sini,” kata Obama.

“Tetapi sangatlah bermakna untuk bercermin pada kontribusinya luar biasa, karena ia tumbuh dari seorang petarung yang tiada tandingannya di ring tinju hingga menjadi seorang pria yang bermartabat dan berwibawa yang terus memperjuangkan keyakinannya -dan itu termasuk pemikiran bahwa semua orang dengan keyakinan berbeda memiliki sesuatu yang sama.”

Presiden AS lalu mengutip ungkapan Ali dengan mengatakan, beberapa tahun lalu ia menguraikan pandangannya – dan ini merupakan bagian mengapa ia adalah Yang Terhebat – ketika mengatakan, “Sungai, kolam, danau dan kali – semuanya mempunyai nama yang berbeda, tetapi mereka semua berisi air. Sama seperti agama – mereka berisi kebenaran.”

Semuanya mengandung sejumlah kebenaran. Dan di antara kebenaran-kebenaran tersebut ada keinginan bersama untuk hidup damai dan mendapatkan pengakuan atas martabat sebagai manusia. Hal-hal tersebut harus menjadi dasar untuk menemukan kebersamaan.

“Itulah sebabnya saya sangat bahagia karena pada malam ini kita tidak saja didampingi oleh begitu banyak pemeluk Islam Amerika yang terpandang serta perwakilan dari korps diplomatik, namun juga ada hadirin dari agama-agama lainnya – seperti pemeluk Kristen, Yahudi dan Hindu – yang duduk bersama di antara begitu banyak tokoh muslim terkemuka,” katanya.

Ia mengatakan, secara bersama-sama warga AS memiliki tanggung jawab untuk memelihara hubungan baik berdasarkan kepentingan bersama dan rasa saling menghargai.

“Dan itulah salah satu komitmen dasar saya sebagai Presiden, baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini menjadi inti dari awal hubungan baru yang saya inginkan antara Amerika dan kaum muslim di seluruh dunia. Dan ini adalah sebuah komitmen yang kita semua dapat perbarui lagi dalam bulan suci ini,” lanjutnya.

“Malam ini kita memberikan penghargaan kepada sebuah agama yang agung, agama yang berkomitmen pada keadilan dan kemajuan. Kita hargai juga kontribusi dari muslim-muslim di Amerika, dan suri teladan yang telah mereka berikan pada kehidupan kita. Dan kita perbarui dedikasi kita bersama untuk membangun sebuah dunia yang lebih baik dan penuh harapan,” kata Obama.

Acara berbuka puasa tersebut, yang juga ketika itu sedang dilakukan di meja-meja makan dan mesjid-mesjid di seluruh 50 negara bagian AS, dihadiri, antara lain, oleh para korps diplomatik, Menteri Pertahanan, Jaksa Agung, sejumlah pejabat pemerintah, serta para anggota Kongres, termasuk dua anggota muslim yang pertama kali menjadi anggota Kongres–Keith Ellison dan Andre Carson.

Puji Batik

Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Selasa malam waktu setempat, di sela berbuka puasa bersama para duta besar negara berpenduduk Muslim di Gedung Putih, Washington DC, memuji batik. Ketika itu, Obama memuji pakaian batik yang dikenakan Duta Besar RI untuk AS, Sudjadnan Parnohadingrat.

Seperti dituturkan Sudjanan ketika dihubungi ANTARA dari New York pada Selasa malam, acara di Gedung Putih itu dihadiri oleh sekitar 90 tamu undangan yang terdiri atas duta besar negara-negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak serta tokoh-tokoh masyarakat Islam AS.

Buka puasa bersama juga dihadiri oleh pejabat tinggi AS, antara lain Menteri Pertahanan Robert Gates, Menteri Kesehatan Kathleen Sebelius, dan Jaksa Agung Eric Holder.

Setelah adzan Maghrib, para undangan berbuka dengan minuman dan kurma.

Para tamu beragama Islam kemudian melakukan shalat Maghrib dan setelah itu bergabung dengan tamu undangan lainnya memasuki ruangan tempat mereka dijamu makan malam.

Untuk makan malam, para tamu disuguhi menu ayam panggang dan “mashed potato”, pudding, serta minuman campuran buah-buahan.

Presiden Obama kemudian tampil menyampaikan pidato singkat, yang pada intinya ia menyampaian penghargaan kepada umat Muslim di AS yang menurutnya banyak memberikan kontribusi kemasyarakatan.

Obama juga mengingatkan bahwa berbagai agama pada intinya sama-sama membawa kebenaran. Ia menggambarkannya seperti sungai atau danau –yang kesemuanya sama-sama merupakan tempat yang terdiri atas air.

Batik

Menurut Sudjadnan, acara berbuka puasa bersama berlangsung secara sederhana namun sarat makna. ”Acaranya sederhana tapi suasananya enak dengan disampaikannya pidato oleh Presiden Obama,” kata Dubes RI.

Dalam acara tersebut, Obama juga berkesempatan mengunjungi meja-meja untuk menyalami para tamunya, termasuk Dubes Sudjadnan.

“Seperti biasa, beliau menjawab sapaan dengan Bahasa Indonesia. Beliau mengatakan ‘Kabar saya baik’. Beliau juga menyampaikan salam kembali untuk Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono, red),” kata Sudjadnan.

Pakaian batik yang dikenakan oleh Dubes Sudjadnan tak luput dari perhatian Obama. ”Beliau mengatakan pakaian saya bagus dan batik yang saya kenakan bagus,” ungkap Sudjadnan, yang pada malam itu mengenakan kemeja batik dengan motif tradisional serta peci hitam.

Dalam undangan, pakaian yang dianjurkan kepada para tamu untuk menghadiri acara berbuka puasa bersama di Gedung Putih itu adalah pakaian resmi atau pakaian nasional. “Saya sengaja memakai batik agar makin banyak yang tahu bahwa batik sebenarnya berasal dari dan merupakan ciri khas Indonesia,” kata Sudjadnan.

KBRI Washington DC bersama keluarga adik Obama –Maya Soetoro Ng– baru-baru ini selesai memamerkan koleksi batik Indonesia peninggalan ibunda Presiden Obama dan Maya Soetora, mendiang Ann Dunham, di enam kota besar di AS, yaitu di Chicago, Los Angeles, Houston, San Francisco, New York dan Washington DC.

[Via http://samudro.wordpress.com]

No comments:

Post a Comment